LAPORAN
TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA
DAN CINTA KASIH
Disusun
Oleh:
NAMA : UTAMI RACHMADILA
NPM : 26319449
KELAS : 1TB03
TEKNIK
ARSITEKTUR 2019/2020
FAKULTAS
TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Manusia hidup berdampingan
dengan sesama, lingkungan, dan hal-hal lainnya. Dengan modal pikiran dan akal,
manusia dapat merasakan hal-hal yang dapat menyentuh perasaan dan hati
nurani. Sehingga, semua yang dikerjakan
manusia, termasuk interaksinya kepada sesama dan hal lainnya, pasti akan
menaruh bekas rasa psikologis. Untuk itu, psikis seseorang sangatlah penting
untuk dijaga supaya semua hal di sekitar berjalan baik dengan semestinya.
Salah satu hal yang berkaitan
dengan psikis manusia ialah cinta dan kasih. Perasaan ini sangat nyata
dirasakan di sekitar kita. Cinta kasih kepada Tuhan, orangtua, teman, guru, dan
hal-hal lainnya merupakan hal-hal positif yang perlu dimiliki setiap insan.
Semua orang sepakat jika cinta kasih selalu memberikan kedamaian dan
kebahagiaan bagi khalayak. Maka dari itu, semua orang berlomba-lomba untuk
mendapatkan cinta kasih. Namun, disitulah ego manusia berperan. Ada saja yang
ingin mendapatkan cinta kasih tetapi malas memberi. Contoh nyatanya dapat
dilihat di sekitar kita, dimana terdapat banyak perilaku kejahatan terhadap
sesama. Kesalahan sepele dapat menimbulkan percekcokan, bahkan dalam keluarga
yang berhubungan darah sekalipun. Saat ini, semakin mudah kita mencaci karena
fasilitas-fasilitas yang membiarkan kita
berkomentar dengan mudah tanpa berhadapan secara fisik. Bagaimana cinta kasih
dapat bertahan di dunia ini? Untuk itu, pemahaman konsep cinta kasih dan cara melestarikannya
sangatlah penting untuk dimiliki dalam menjadi seorang manusia.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
sebenarnya konsep cinta kasih?
2. Bagaimana
peran cinta kasih dalam keberlangsungan kehidupan?
3. Mengapa
semakin banyak hal/kejadian yang menyimpang dari konsep cinta kasih?
4. Bagaimana
cara dan wujud nyata pelestarian cinta kasih?
1.3.
TUJUAN PENULISAN
1. Memaparkan
konsep cinta kasih yang sebenarnya
2. Memaparkan
peran cinta kasih dalam kehidupan
3. Memaparkan
penyebab semakin banyaknya perlikaku yang menyimpang dari cinta kasih
4. Memaparkan
cara dan wujud nyata dalam melestarikan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari
1.4.
MANFAAT PENULISAN
1. Memahami
konsep cinta kasih yang sebenarnya
2. Memahami
peran cinta kasih dalam kehidupan
3. Mengetahui
penyebab semakin banyaknya perlikaku yang menyimpang dari cinta kasih
4. Mengetahui
cara dan wujud nyata dalam melestarikan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Cinta Kasih
Dalam kehidupan sehari-hari,
kita seringkali mendengar dan memakai kata cinta kasih. Anak muda berusia
belasan pun kerapkali mengeluhkan tentang cinta. Berduyun-duyun curhatan
dilimpahkan dalam akun sosial medianya, dengan kata-kata khas kegalauan remaja
seakan-akan dunianya hancur. Namun, apa sebenarnya cinta kasih? Apakah kedua
kata ini merupakan hal yang berbeda?
Cinta adalah rasa sangat suka
(kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat
tertarik hatinya. Sedangkan kasih adalah perasaan sayang atau cinta (kepada)
atau menaruh belas kasihan. (Nugroho, Widyo. Muchji, Achmad.1996 : 55).
Definisi keduanya hampir sama, kasih menguatkan cinta. Namun, cinta adalah
perasaan yang mendalam, sedangkan kasih adalah perasaan keluar. Bersumber dari
cinta, kasih dapat diwujudkan.
Cinta terutama memberi, bukan
menerima. Memberi hal-hal yang bersifat manusiawi, bukan materi. Terdapat tiga
unsur cinta yang saling menguatkan, yaitu keterikatan, keintiman, dan
kemesraan. (Keterikatan ialah keinginan untuk bersama dan memprioritaskan hal tersebut. Keintiman
ialah kedekatan sampai tidak adanya jarak antara seseorang dengan suatu hal
yang dicintai. Sedangkan kemesraan adalah rasa ingin memerlakukan dan diberlakukan.
Dari unsur-unsur tersebut,
ketiganya perlu hadir sama besar. Jika kadar salah satunya sedikit, cinta tak
akan menjadi sempurna. Jika salah satunya tidak ada, tak akan menjadi cinta,
melainkan hal lain.
Ketiga unsur cinta
menghadirkan outputnya, yakni: pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan
pengenalan. Pengasuhan layaknya ibu mengasuh anaknya, tanggung jawab layaknya
seorang bapak memberikan secara suka rela, perhatian layaknya orangtua
memerhatikan anaknya berkembang, dan pengenalan layaknya orangtua yang ingin
mengetahui semua hal yang menyangkut anaknya demi dapat mengerti anak secara
penuh.
Namun, output tersebut tak
selalu hadir secara komplit, sehingga terdapat beberapa kadar cinta. Cinta
tertinggi ialah mencintai Tuhan, dan cinta terendah ialah mencintai setan dan
hawa nafsu. Cinta seperti ini ialah cinta yang paling keji dan merusak rasa
kemanusiaan. Sehingga sampai sini, kita telah mengetahui bahwa cinta tak melulu
positif.
2.2. Peran Cinta Kasih dalam Kehidupan
a) Cinta kasih membawa keberlangsungan generasi manusia.
Dengan cinta kasih, manusia dapat mencintai lawan jenis sampai melahirkan
keturunan sehingga dapat melahirkan keluarga baru yang penuh dengan cinta.
b) Dengan cinta, kesulitan dapat berkurang. Cinta kepada
sesama membawa sifat saling membantu. Bantuan kemanusiaan dapat diberikan tanpa
batas sehingga dunia ini akan penuh dengan kedamaian tanpa adanya kesulitan
yang berarti
c) Dengan adanya cinta kepada suatu hal, seperti hobi,
cita-cita, atau negara, seseorang dapat membawa dampak positif pada kemajuan
dunia.
2.3. Faktor
Semakin Banyaknya Perilaku yang Menyimpang dari Cinta Kasih
Semakin kesini, semakin banyak
fenomena mengagetkan yang terjadi di sekitar kita, bahkan oleh orang terdekat
kita. Tak sadar, banyak hal yang keluar dari rasa cinta kasih. Dimulai dari
yang sederhana, yaitu sikap kakak kepada adik. Banyak yang memanfaatkan adiknya
untuk melayaninya saja tanpa timpal balik ke sang adik. Ada pula anak yang acuh
kepada orangtua yang selalu menyayanginya. Orangtua aktif mencintai, anak pasif
mencintai. Ada pula sebaliknya. Padahal, cinta kasih yang utama adalah memberi.
Namun, banyak yang hanya ingin menerima tanpa memberi. Jika tidak diberi cinta,
Ia murka, padahal dirinya sendiri tidak memberi. Inilah yang menyebabkan dunia
ini tak pernah habis akan percekcokan. Percekcokan ini melahirkan permasalahan
di dunia, dan dunia yang penuh permasalahan akan melahirkan manusia yang buruk.
Manusia seperti itu hanya memenangkan ego, tanpa tanggung jawab. Salah satu
penyebabnya ialah kurangnya kemampuan mengontrol diri, terutama ego. Kemampuan
ini dapat dilatih mulai dari kecil oleh orangtua dan lingkungan sekitar. Jadi,
bukan hanya salahnya sendiri, melainkan semua hal di sekitar turut andil dalam
melahirkan pribadi yang buruk. Maka dari itu, untuk memutus rantai kelahiran
tersebut, jadilah pribadi yang ikhlas, mendapat input yang buruk tetapi kuat
mengeluarkan output yang baik.
Masalah sederhana lain yang
menyimpang dari cinta kasih ialah kekerasan verbal. Dengan adanya internet,
semua hal dapat mudah dilakukan dimana saja dan kapan saja, tanpa perlu
mengerjakan secara fisik. Salah satunya ialah chatting. Komunikasi dapat
dilakukan dua arah. Namun, dengan kemudahan itu pula, manusia seakan mendapat
dorongan untuk terus bebas mengeluarkan isi hatinya tanpa disaring dan tanpa
memikirkan dampak atas apa yang Ia keluarkan. Padahal, dalam keseharian fisik,
manusia dalam berbicara pun terbiasa untuk berpikir dahulu sebelum diucapkan,
karena takut akan respons langsung dari lawan bicara. Dalam perbincangan secara
langsung juga dapat memakai ekspresi yang beraneka ragam untuk menyesuaikan
kadar makna dari yang diucapakan. Ekspresi ini dapat membantu kita, seperti:
ketika kita membicarakan sesuatu yang serius dan seolah menasehati, dengan
ekspresi senyum, fun dan diatur sedemikian rupa, perbincangan itu tidak akan
terlihat menggurui. Berbeda dengan internet yang hanya memiliki emoji yang
terkesan kaku. Ekspresi fisik sangatlah unik dan berharga.
Kebebasan dan kekakuan
internet dapat mendorong manusia untuk berbuat secara terbuka, baik benar
maupun salah. Sayangnya, keterbukaan itu yang berperan dalam penyebaran trend
atau pengaruh kepada orang-orang lainnya di seluruh dunia. Tak hanya yang benar
saja yang akan bebas dilihat, melainkan kita dapat melihat yang buruk pula.
Hal-hal yang buruk ini tentu dapat diseleksi oleh orang-orang yang mampu
menyeleksi dan mengontrol diri. Namun, bagaimana dengan anak-anak dan remaja?
Itulah mengapa pentingnya menjaga anak-anak dan remaja yang masih dalam proses
pengembangan diri, supaya dapat mengontrol diri sampai Ia dapat melindungi
dirinya sendiri dari paparan buruk.
Jika tidak dijaga, bukan hanya
anak-anak dan remaja yang akan terkena pengaruh buruk, orang dewasa saja kerap
kali tak bisa menjaga diri. Kolom komentar yang berisi cacian dan sarkasme,
kini diikuti sebagai bahasa yang trendy dan asik. Setelah mengenal dari
internet, perilaku itu biasanya terbawa ke kegiatan sehari-hari. Semua hal yang
salah itu terlihat benar karena dimaklumi sebagai perubahan zaman. Padahal,
semua hal yang dapat merugikan ialah salah. Cacian dapat membuat seseorang
minder dan depresi tanpa mendapat masukan sama sekali. Cacian juga membawa
pengaruh kepada orang-orang yang membacanya. Cacian yang banyak mendapat dukungan
atau like juga memberikan dampak kepada yang mencaci sehingga semakin percaya
diri untuk lebih mencaci dengan bebas tanpa ada yang menasehatinya. Bukankah
semua itu hal yang merugikan?
Fenomena-fenomena seperti di
atas adalah contoh nyata dari berkurangnya rasa cinta kasih terhadap sesama,
diri sendiri, dan lingkungan. Jangan tanya mengenai kasus pembunuhan orangtua
yang dilakukan oleh anaknya sendiri. Karena itu sudah mutlak berbanding
terbalik dengan cinta kasih. Bagaimana bisa seseorang melakukan hal-hal semacam
itu? Keegoisan, tak pandai mengontrol diri, paparan lingkungan yang buruk,
kurangnya didikan orangtua, sampai kebebasan dan keterbukaan internet,
merupakan salah sekian dari banyaknya faktor berkurangnya rasa cinta kasih.
2.4. Cara
dan Wujud Nyata Pelestarian Cinta Kasih
Cara yang paling awal dan
mudah ialah mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri dapat membawa
pengaruh positif kepada sekitar karena anda dapat lebih bersyukur, bahagia, dan
menjadi diri sendiri yang optimal. Setelah merasa seperti itu, anda akan merasa
bisa melakukan semuanya dengan baik karena kepercayaan diri. Sehingga,
keegoisan juga menurun karena anda tahu bahwa yang dapat mencintai diri anda
dengan tulus dan maksimal hanyalah anda sendiri. Lalu, pengharapan atas
perlakuan orang lain kepada diri sendiri akan berkurang.
Setelah mencintai diri
sendiri, anda harus lebih mawas diri, seperti: bagaimana anda dapat menjadi
anda yang baik seperti sekarang. Dengan begitu, anda akan mengetahui siapa saja
yang berperan andil dalam kehidupan anda, seperti orangtua, saudara, kerabat,
guru, bahkan negara. Dengan mengetahui jasa-jasa apa saja yang telah orang lain
lakukan, anda akan merasa ingin membalas jasanya sehingga tumbuh rasa cinta
kasih yang terawat.
Selain itu, menyaring segala
hal buruk juga dapat membantu menjaga cinta kasih, dengan tidak mengikuti
hal-hal yang dapat merugikan orang lain. Sehingga, perasaan cinta kasih menjadi
kuat tanpa hambatan atau halangan dari luar.
Wujud nyata dalam pelestarian cinta kasih dapat
dilakukan dengan cara:
1) Membiasakan diri bertindak lembut (berbicara,
berekspresi, bertingkah) penuh cinta dimulai dari kecil, menuruti semua ajaran
orangtua yang baik.
2) Mengontrol ego, membiasakan diri memberi tanpa pamrih.
3) Menyeleksi semua hal di luar (baik internet, maupun
lingkungan fisik)
4) Jika ada sesuatu yang salah, sampaikan dengan kritik
yang membangun, bukan hanya cacian.
5) Jika sedang merasa tidak enak hatinya, berbicaralah
dengan orang terdekat agar dapat pulih kembali suasana hatinya tanpa perlu
melampiaskan keburukannya ke khalayak yang tidak salah.
6) Hindari mencintai hal yang salah karena hal tersebut
hanya akan membawa dampak buruk ke diri anda dan juga sekitar.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Cinta kasih ialah rasa suka,
sayang, tertarik dan menaruh belas kasihan terhadap sesuatu. Unsur cinta yang
berupa keterikatan, keintiman, kemesraan, yang mengeluarkan output berupa
pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan. Namun, unsur-unsur dan
output tersebut tak selalu lengkap dan sama besar. Dari cinta tertinggi yakni cinta
kepada Tuhan, sampai terendah cinta kepada setan dan hawa nafsu. Sehingga, ada
saja hal yang timbul karena itu. Seperti percekcokan, kebiasaan kurang sopan,
cacian, hingga pembunuhan. Fenomena-fenomena seperti itu lahir karena kurangnya
bahkan ketidak-adaannya cinta kasih. Keegoisan, tak pandai mengontrol diri,
paparan lingkingan yang buruk, kurangnya didikan orangtua, sampai kebebasan dan
keterbukaan internet, merupakan salah sekian dari banyaknya faktor pemicu.
Hal-hal tersebut melahirkan permasalahan ke dunia, dan dunia yang penuh
permasalahan akan melahirkan manusia yang buruk. Maka dari itu, untuk memutus
rantai kelahiran tersebut, perlu adanya upaya dan wujud nyata pemeliharaan
cinta kasih, dengan mencintai diri sendiri, menyeleksi semua hal buruk yang
dapat mengganggu jalannya rasa cinta kasih, menghargai sesama dan lingkungan,
membiasakan diri bertindak lembut dan menuruti nasihat baik orangtua,
mengontrol ego, membiasakan diri memberi tanpa pamrih, membiasakan kritik,
bukan cacian, menghindari mencintai yang salah karena hanya akan membawa dampak
buruk ke diri maupun sekitar.
Cinta kasih adalah hal damai
yang membawa keberuntungan dan kemajuan dalam dunia, karena itu cinta kasih
perlu dijaga.
DAFTAR
PUSTAKA
Nugroho, Widyo. Muchji,
Achmad. Ilmu Budaya Dasar. Gunadarma. Jakarta. 1996.
Comments
Post a Comment